BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Komunikasi
menjadi aktivitas yang tidak terelakkan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi
memainkan peranan penting tanpa batas dalam kehidupan manusia. Melalui
komunikasi setiap orang dapat berinteraksi satu sama lainnya. Dalam berbagai
aktifitas sosial yang terbangun dalam keberagaman budaya, komunikasi menjadi
saluran utama proses interaksi. Proses interaksi dalam keragaman budaya ini
memungkinkan terjadinya komunikasi antar budaya sebagai sebuah fenomena keseharian.
Sebagai makhluk sosial, yang terintegrasi dalam berbagai keragaman budaya
menyebabkan terjadinya hubungan pada pasangan –pasangan beda etnis yang
berujung pada perkawinan. Salah satunya
adalah pasangan etnis Jawa-Ambon.
Keberadaan
orang jawa di Maluku khususnya Ambon dan sekitarnya sudah berlangsung lama. Keberadaan
mereka antara lain melalui program transmigrasi yang sudah berlangsung sejak
tahun 1954 di desa waimital yang berjarak sekitar 60 km dari kota Ambon, dimana
kebijakan pemukiman penduduk yang diterapkan pemerintah dengan sistem
'integrated pluralism' (dimana orang Ambon dan Jawa tidak dipisahkan secara
geografis berdasarkan asal-usul) memungkin banyak terjadinya
perkawinan campur di antara mereka (Soumokil.1994). Alasan lainnya juga terkait persoalan urusan mencari penghidupan
yang lebih baik pada beberapa kawasan industri di Ambon seperti industri plywood
di desa passo, yang kemudian membaur dan berinteraksi dengan masyarakat asli,
sampai akhirnya tidak sedikit diantara mereka yang memilih hidup berpasangan atau
melakukan perkawinan campur dengan orang Ambon. Di Ambon, keluarga yang
terbentuk dari pasangan beretnis Jawa-Ambon banyak ditemui.
Sedikit
mengulas sejarah, perkawinan
beda suku/etnis khususnya etnis Jawa-Ambon sudah berlangsung sejak lama, dan
diperkirakan semenjak masa kekuasaan kerajaan dahulu kala. Dari berbagai bukti historis
mencatat bahwa pada awal abad ke-14 Kerajaan Majapahit menguasai
seluruh wilayah laut Asia Tenggara. Pada waktu itu para pedagang dari Jawa sudah
memonopoli perdagangan rempah-rempah sampai ke Maluku. Jadi orang jawa telah
mengenal dan menapak kaki di Maluku sejak abad ke 14 dengan tujuan berdagang.
Pada akhir abad ke 15
menjelang kejatuhan raja Majapahit, kerajaan terbesar di Nusantara saat itu,
Alkisah karena menyadari bahwa kekuasaannya semakin terancam akibat pengaruh
kekuasaan kerajaan Demak, maka raja Majapahit berupaya mencari dukungan ke
berbagai pihak. Salah satu adalah mencari dukungan dari para raja yang berada
di kawasan Timur Nusantara, dan salah satu kerajaan yang disinggahi adalah
kerajaan Soya di Ambon. Raja Soya yang
pertama adalah "latu Selemau" dan isterinya bernama Pera Ina (seorang
putri dari kerajaan Majapahit). Dibawah pemerintahan Latu Selemau, Negeri Soya (termasuk 9 negeri
kecil yang berada dibawah kekuasaanya), merupakan suatu kesatuan besar,
Dalam masa kebesarannya, Latu Selemau dianugerahkan gelar agung yang merupakan
bukti kebesarannya ialah : "LATU
SELEMAU AGAM RADEN MAS SULTAN LABU INANG MOJOPAHIT" Gelar ini
berkenan dengan hubungan dagang, bahkan perkawinan
dengan orang dari Kerajaan Majapahit (Perkawinan antar etnis
Jawa-Ambon)(Pemerintah negeri Soya:2011).
Dari hasil pengamatan lapangan, ditemui bahwa dari
sebagian besar etnis di Indonesia, ternyata suku jawalah yang paling banyak ditemui
dalam dalam perkawinnya dengan suku Ambon. Pasangan perkawinan beda suku
Jawa-Ambon ini banyak ditemui dibandingkan dengan pasangan suku lainnya dan
rumah tangganya berjalan langgeng dan harmonis. Fakta menunjukan bahwa adanya
kecendrungan untuk memilih pasangan beretnis jawa ketimbang etnis/suku lainnya.
Dari hasil wawancara awal dengan salah satu informan mengatakan bahwa alasan
memilih berpasangan dengan orang jawa karena mereka sabar dan dapat diajak
kerjasama, pekerja keras, tidak pernah malu untuk mengerjakan pekerjaan
tertentu demi mendapatkan uang. Memang ada persepsi, sistem nilai atau pun
stereotipe terhadap orang etnis jawa yang dipersepsikan bahwa orang jawa itu
lembut, sopan, ramah seperti padi, sementara bagi orang Ambon di stereotipekan
keras, bersuara lantang dan suka membusungkan dada seperti pohon sagu.
Sepertinya 2 tipe etnis yang sangat kontradiktif, namun ketika dirujuk dalam
ikatan perkawinan yang terjadi justru sebaliknya, adanya rajutan simpul
penetrasi sistem nilai budaya yang mengikatnya sehingga memberi keseimbangan
(akomodasi) prilaku dan tindakan dalam proses
komunikasinya.
Dalam keluarga pasangan
suami-istri beretnis jawa-ambon, kehidupan rumah tangganya berjalan dengan
harmonis dan langgeng. Tentunya hal ini tidak terlepas dari pentingnya
komunikasi yang diterapkan dalam kehidupan pasangan ini. Dalam
kehidupan suami-istri Jawa-Ambon, prilaku komunikasinya selalu dipengaruhi oleh sistem nilai dan norma
terkait dengan latar belakang budaya yang dianut. Menurut Greetz (dalam Suseno,
2001) ada dua kaidah yang paling menentukan dalam pola pergaulan masyarakat
Jawa. Kaidah pertama, manusia harus
bersikap untuk tidak menimbulkan konflik dengan mengembangkan hidup rukun,
sedangkan kaidah kedua adalah manusia
harus mampu membawa diri untuk hormat kepada orang lain, sesuai dengan derajat
dan kedudukannya. Hal ini memungkinkan pola hidup orang Jawa kental dengan nilai
sopan santun. termasuk dalam prilaku
komunikasinya baik verbal maupun nonverbal yang selalu melibatkan pengalaman, kebiasaan,
nilai dan budaya yang mengekspresikan kelembutan
dan halus dalam bicaranya, kemudian
orang Ambon identik dengan prilaku komunikasi yang keras dan lantang. Persoalan
beda latar belakang budaya dalam proses komunikasi diantara suami-istri Jawa-Ambon
ini harus diakomodasikan sedemikian rupa.
Ketika
proses komunikasi berlangsung, pasangan ini harus sedapat mungkin mengelola
setiap pesan atau informasi agar dapat menimbulkan respon yang dapat dipahami
diantara keduanya, dan hal ini merupakan peran kognisi dalam mengelola dan
menginterpretasikan setiap pesan yang terjadi diantara mereka. Bagaimana
merancang atau menciptakan setiap pesan yang mudah di pahami oleh pasangannya
merupakan bagian dari menemukan pola atau cara yang cocok dan mudah digunakan
dalam berkomunikasi sehingga setiap pesan dapat dipahami dan menimbulkan umpan
balik/respon.
Secara
psikologi, prilaku komunikasi pasangan suami-istri Jawa-Ambon ini sangatlah penting dalam proses komunikasi diantara mereka. Mengingat
mereka berbeda secara budaya dalam prilaku komunikasinya maka mereka harus sedapat
mungkin menemukan cara apa
yang
paling tepat dan
mudah dalam mengkomunikasikan berbagai
pesan atau informasi sehingga komunikasi antara keduanya efektif. Hal ini terkait
dengan aktifitas mengucapkan pesan
dengan cara-cara tertentu baik pesan paralinguistic maupun ekstralinguistik. Pengaruh nilai budaya
yang dianut oleh masing
- masing pasangan juga turut mempengaruhi diri
pribadi mereka dalam aktivitas
dan cara penyampaian pesan. Perilaku ini penting untuk membantu menggunakan
pesan secara efektif dalam mengatur , menggerakkan dan mengendalikan perilaku pasangan.
Hal ini tentunya merupakan bagian dari sejauhmana penataan dan penempatan
pola komunikasi baik komunikasi verbal maupun nonverbal secara tepat demi menciptakan keselarasan hubungan
yang komunikatif, untuk itu penulis merasa tertarik menganalisanya dalam suatu
penelitian dengan judul : “Pola
komunikasi interpersonal dalam
perspektif psikologi-komunikasi pada pasangan suami-istri yang beretnis Jawa-Ambon”.
2. Rumusan Masalah
- Bagaimana pola komunikasi interpersonal dalam perspektif psikologi-komunikasi pada pasangan suami-istri beretnis Jawa - Ambon ?
- Faktor-faktor personal dan situasional apakah yang mempengaruhi pola komunikasi interpersonal pada pasangan suami-istri beretnis Jawa-Ambon ?
3. Tujuan penelitian
Penelitian
ini bertujuan :
- Untuk menganalisa pola komunikasi interpersonal dalam perspektif psikologi-komunikasi pada pasangan suami-istri beretnis Jawa-Ambon ?
- Untuk menganalisa Faktor-faktor personal dan situasional apakah yang mempengaruhi pola komunikasi interpersonal pada pasangan suami-istri beretnis Jawa-Ambon ?
4. Manfaat Peneltian
- Bagi pasangan suami istri yang berbeda etnis, dapat memberikan masukan terkait dengan pola komunikasi interpersonal yang tepat demi terciptanya efektifitas komunikasi pasangan.
- Bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu komunikasi, dapat memberikan informasi tentang pentingnya pola komunikasi interpersonal yang tepat dan efektif pada pasangan suami-istri yang berbeda etnis. Selain itu, dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi upaya-upaya studi lanjut dalam mengkaji permasalahan psikologi komunikasi.
- Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai masukan dan acuan sehingga dapat menjadi rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar