Pengertian Identitas
Kata identitas berasal
dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau
jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau . sesuatu sehingga
membedakan dengan yang lain. Identitas juga merupakan keseluruhan atau
totalitas yang menunjukkan ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau jati
diri dari faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari
tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdiri atas kebiasaaan, sikap,
sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang
tersebut berbeda dengan orang yang lainnya.
Pada tataran teknis, pengertian etimologis di atas
hanya sekedar menunjukkan tentang suatu kebiasaan untuk memahami identitas
dengan kata ‘identik’, misalnya menyatakan sesuatu itu mirip satu dengan yang
lain.
Kita kini tidak bicara pada tataran teknis, tetapi
pada tataran hubungan antarmanusia dan hubungan sosial di mana konsep identitas
ternyata lebih kompleks. Karena itu, pada tataran hubungan antarmanusia mungkin
lebih tepat yang kita maksudkan bukan sekedar istilah identik, melainkan
identitas yang berarti:
1) Membuat
sesuatu menjadi identik atau sama, misalnya mempertimbangkan sesuatu itu sama
artinya dengan melihat peluang (mengidentifikasi satu minat dibandingkan minat
yang lain).
2) Mengakui
keberadaan sesuatu yang dilihat, diketahui, digambarkan, atau yang kita klaim,
apakah dia manusia atau benda (mengidentifikasi sebuah spesimen biologis).
3) Menghubungkan,
atau membuat sesuatu menjadi lebih dekat (mengidentifikasi pikiran madzhab yang
mempengaruhi dia).
4) Kaum
psikoanalisis menggunakan istilah identify untuk menerangkan rincian
aspek-aspek psikologis yang dimiliki seseorang dan membandingkannya dengan
aspek-aspek psikologis yang dimiliki orang lain.
5) Meletakkan
seseorang ke dalam tempat orang lain, sekurang-kurangnya meletakkan atau
mempertukarkan pikiran, perasaan, masalah, dan rasa simpatik (empati).
Pengertian identitas pada tataran hubungan
antarmanusia akan mengantarkan kita untuk memahami sesuatu yang lebih
konseptual, yakni tentang bagaimana meletakkan seseorang ke dalam tempat orang
lain (komunikasi yang empatik), atau sekurang-kurangnya meletakkan atau berbagi
(to share) pikiran, perasaan, masalah, dan rasa simpatik (empati) dalam
sebuah proses komunikasi antarbudaya. Pada tataran inilah, identitas harus
dipahami sebagai cara mengidentifikasi (melalui pemahaman terhadap identitas)
atau merinci sesuatu yang dilihat, didengar, diketahui, atau yang digambarkan,
termasuk mengidentifikasi sebuah spesimen biologis (merinci ciri atau karakteristik
fisik), bahkan mengidentifikasi pikiran seseorang dengan mahdzab yang
mempengaruhi, merinci aspek-aspek psikologis.
Jenis
Identitas
Secara umum kita katakan bahwa jenis identitas terbagi
menjadi identitas sosial dan kultural, sebagaimana yang dibahas oleh Martin dan
Nakayama, meliputi:
a) Gender
versus Seks: Gender
Pembicaraan tentang identitas gender akan berkaitan
dengan pembedaan peran perempuan dan laki-laki dalam pandangan kultur maupun
sosial. Sebaliknya, kalau kita bicara tentang identitas seks maka kita hanya
akan berbicara tentang perbedaan fungsi-fungsi biologis manusia berdasarkan
jenis kelamin.
b) Pembentukan
Makna Rasial
Cara pandang baru untuk mengidentifikasi ras lebih
sebagai “complex of sosial meaning” untuk menunjukkan manakah kategori
ras (identitas) yang asli dan ras keturunan.
c) Bounded vs.
Dominant Identities
Adalah konsep yang menujukkan persepsi tentang
kekhasan sekelompok orang dengan perilaku tertentu meskipun kelompok itu bukan
merupakan kelompok dominan.
d) Kelompok ‘Whiteness’?
Dominasi ras berkulit putih yang membedakan dirinya
dengan ras lain.
e) Multirasialitas/Multikulturalitas
Di dasarkan pada sikap manusia terhadap perbedaan
budaya itu sendiri. Di mana individu dapat menjadi makelar dari kebudayaan dan
menjadi fasilitator antar budaya.
Pengertian
Budaya
Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur"
dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan
dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan
ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi
budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan
oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda
dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan
"kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu
kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Peran dan
Identitas Budaya
Kebanyakan orang – dengan cara yang amat sederhana –
menunjukkan identitas ornag lain berdasarkan peran mereka dalam suatu
masyarakat. Dalam ranah sosiologi, peran diartikan sebagai satu set harapan
budaya terhadap sebuah posisi tertentu. Kita akan mengatakan si A sebagai
seorang Bos jika dia menampilkan ‘identitas’ diri, kepribadian, serta perilaku verbal
dan nonverbal sebagaimana layaknya seorang Bos. Terdapat pembedaan yang tegas antara hubungan peran
sebagai sebuah identitas dengan struktur kebudayaan dan struktur sosial. Karena
itu, kita harus jeli membedakan antara peran yang diharapkan sebagai bagian
dari struktur budaya suatu masyarakat dengan tampilan peran yang merupakan
bagian dari struktur sosial suatu masyarakat. Yang dimaksud dengan struktur
budaya adalah pola-pola persepsi, berpikir dan perasaan, sednagkan struktur
sosial adalah pola-pola perilaku sosial. Dalam kehidupan manusia dapat
digambarkan seperti berikut:
Struktur budaya à pola
persepsi, berpikir, perasaan à identitas
budaya
Struktur sosial à pola-pola
perilaku sosial à identitas
social
Dengan
demikian, maka dapat dipahami bahwa identitas itu ditentukan oleh struktur
budaya maupun struktur sosial.
Identitas Budaya
Identitas Budaya
Identitas adalah jati diri yang dimiliki seseorang
yang ia peroleh sejak lahir hingga melalui proses interaksi yang dilakukannya
setiap hari dalam kehidupannya dan kemudian membentuk suatu pola khusus yang
mendefinisikan tentang orang tersebut. Sedangkan Budaya adalah cara hidup yang
berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Sehingga Identitas Budaya memiliki pengertian
suatu karakter khusus yang melekat dalam suatu kebudayaan sehingga bisa
dibedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Dalam Lintas
Budaya, setiap orang seharusnya memahami masing-masing budaya yang ada di
sekitarnya sehingga dapat beradaptasi ketika berada di kebudayaan yang berbeda.
Identitas budaya memiliki beberapa pendekatan dalam pengertiannya yaitu adalah
:
1) Kesempurnaan
rasa dalam seni dan kemanusiaan.
2) Pola yang
terintegrasi dari pengetahuan manusia, keyakinan, dan perilaku, yang bergantung
pada kemampuan atau kapasitasnya dalam pemikiran secara simbolik dan
pembelajaran secara sosial.
3) Seperangkat
sikap, nilai – nilai, sasaran dan tindakan yang diyakini bersama, yang kemudian
menjadi ciri, sifat atau karakter dari sebuah organisasi atau kelompok.
Memahami
Identitas Budaya Keseharian
Dalam pengertian sederhana yang kita maksudkan dengan
identitas budaya adalah rincian karakteristik atau ciri-ciri sebuah kebudayaan
yang dimiliki oleh sekelompok ornag yang kita ketahui batas-batasnya tatkala
dibandingkan dnegan karekteristik atau ciri-ciri orang lain. Kenneth Burke mengatakan bahwa menentukn identitas
budaya itu sangat tergantung pada bahasa, sebagaimana representasi bahasa
menjelaskan semua kenyataan atas semua identitas yang dirinci kemudian
dibandingkan. Lisa Orr juga menegaskan bahwa untuk mengetahui identitas ornag
lain – pada awal berkomunikasi – merupakan pertanyaan yang paling sulit,
apa;agi kalau berkeinginan mengetahui kebudayaan otentik dari orang itu.
Mengenal identitas seseorang tidak bisa hanya dengan sepotong-potng karena
identitas budaya merupakan cultural totalization.
Pembentukan
Identitas Budaya
Identitas kebudayaan kita dikembangkan melalui proses
yang meliputi beberapa tahap:
1) Identitas
budaya yang tak disengaja
Pada tahap ini, identitas budaya terbentuk secara
tidak disengaja atau tidak disadari. Anda terpengaruh oleh budaya dominan hanya
karena Anda merasa budaya milik Anda kurang akomodatif, sehingga Anda
ikut-ikutan membentuk identitas baru.
2) Pencarian
Identitas Budaya
Pencarian identitas budaya meliputi sebuah proses
penanjakan, bertanya,d an uji coba atas sebuah identitas lain, di mana Anda
terus mencari dan belajar tentang itu dengan melakukan penelitian mendalam,
bertanya pada keluarga atau teman, atau bahkan melacaknya secara ilmiah.
3) Identitas
Budaya yang Diperoleh
Yaitu bentuk identitas yang dirincikan oleh kejelasan
dan keyakinan terhadap penerimaan diri aAnda melalui interaksi kebudayaan
sehingga membentuk identitas Anda.
4) Konformitas:
Internalisasi
Proses pembentukan juga identitas dapat diperoleh
melalui internalisasi yang membentuk konformitas. Jadi, proses internalisasi
berfungsi untuk membuat norma-norma yang Anda miliki menjadi sama dengan
norma-norma yang dominan, atau membuat norma yang Anda miliki berasimilasi ke
dalam kultur dominan.
5) Resistensi
dan Separatisme
Adalah pembentukan identitas sebuah kultur dari sebuah
komunitas tertentu sebagai suatu komunitas yang berperilaku eksklusif untuk
menolak norma-norma kultur dominan.
6) Integrasi
Pembentukan dengan cara seseorang atau sekelompok
orang mengembangkan identitas baru yang merupakan hasil integrasi pelbagai
budaya dari komunitas ata masyarakat asal.
Adapun faktor-faktor pembentuk Identitas budaya adalah kurang lebih sebagai
berikut :
a. Kepercayaan. Kepercayaan
menjadi faktor utama dalam identitas budaya, tanpa adanya kepercayaan yang di
anut maka tidak akan terbentuk suatu identitas budaya yang melekat pada suatu
kebudayaan. Biasanya kepercayaan ini muncul dari amanah para leluhur terdahulu
yang menyakini tentang suatu kegiatan yang biasa dilakukan oleh suatu budaya
yang tentunya berbeda antara budaya satu dengan budaya lainnya. Contohnya
mempercayai tradisi pecah telur pada saat resepsi pernikahan yang dipercaya
sebagai salah satu tradisi penting masyarakat Jawa dalam resepsi pernikahan.
b. Rasa aman. Perasaan
aman atau positif bagi penganut suatu kebudayaan menjadi faktor terbentuknya
identitas budaya, karena tanpa adanya rasa aman dari pelaku kegiatan budaya
maka tidak akan dilakukan secara terus menerus sesuatu yang dianggapnya negatif
dan tidak aman. Contohnya tidak ada kebiasaan menyakiti sesama karena dianggap
saling menyakiti adalah tidak memberikan rasa aman bagi siapapun.
c. Pola
perilaku. Pola perilaku juga menjadi faktor pembentuk
identitas budaya, bagaimana pola perilaku kita dimasyarakat mencerminkan
identitas budaya yang kita anut. Dalam hal ini biasa terjadinya diskriminasi
terhadap orang-orang tertentu yang berprilaku kurang baik menurut orang
sekitarnya yang pada umumnya didalam budaya orang tersebut adalah sesuatu yang
wajar dilakukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi identitas budaya maupun yang berkaitan erat dengan identitas budaya yaitu :
Faktor-faktor yang mempengaruhi identitas budaya maupun yang berkaitan erat dengan identitas budaya yaitu :
I. Asimilasi budaya
Pengertian asimilasi budaya adalah pembauran dua
kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga
membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi
perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi
meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan
memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya
batas perbedaan antarindividu dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-batas
antarkelompok. Selanjutnya, individu melakukan identifikasi diri dengan
kepentingan bersama. Artinya, menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok.
Demikian pula antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Golongan yang biasanya mengalami proses asimilasi
adalah golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini,
kebudayaan minoritaslah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur
kebudayaannya, dengan tujuan menyesuaikan diri dengan kebudayaan mayoritas;
sehingga lambat laun kebudayaan minoritas tersebut kehilangan kepribadian
kebudayaannya dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.
Faktor penghambat asimilasi budaya :
1. Kurangnya
pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi.
2. Sifat takut
terhadap kekuatan dari kebudayaan lain.
3. Perasaan superioritas
pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain.
4. Toleransi
dan simpati yang kurang dari pihak mayoritas.
Salah satu contoh proses asimilasi
adalah program transmigrasi yang dilaksanakan di Riau pada masa pemerintahan
Orde Baru. Program transmigrasi ini tidak hanya berhasil meratakan jumlah
penduduk di berbagai pulau di Indonesia, tetapi program transmigrasi ini juga
mengakibatkan terjadinya asimilasi, terutama diwilayah Riau. Hal ini terlihat
dari banyaknya transmigran yang menghasilkan budaya baru, misalnya Jawa-Melayu,
Mandailing-Melayu, dan lain sebagainya.
II. Akulturasi budaya
Akulturasi (acculturation atau culture contact) adalah
proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan
sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima
dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan itu sendiri.
Faktor-faktor yang menyebabkan Akulturasi budaya
sebagai proses hilangnya suatu identitas budaya adalah :
1) Individu-individu
dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing.
2) Saluran-saluran
yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan
penerima terbuka lebar.
3) Sifat
penerima tanpa adanya filtering dari masyarakat Indonesia yang menyebabkan
budaya asing yang negatif pun dengan sangat mudah masuk dan menjadi budaya
Indonesia sekarang.
Contoh dari Akulturasi budaya positif :
Kereta Singa
Barong kota Cirebon, yang dibuat pada tahun 1549, merupakan refleksi dari
persahabatan Cirebon dengan bangsa-bangsa lain. Wajah kereta ini merupakan
perwujudan tiga binatang yang digabung menjadi satu, gajah dengan belalainya,
bermahkotakan naga dan bertubuh hewan burak.
Belalai
gajah merupakan persahabatan dengan India yang beragama Hindu,kepala naga
melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Buddha, dan badan burak
lengkap dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang beragama
Islam.
Contoh dari Akulturasi budaya negatif :
Mulai
masuknya budaya free sex dikalangan remaja yang merupakan ciri khas dari
beberapa budaya luar yang mulai merasuki budaya Indonesia seiring dengan
perkembangan jaman.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa jika kita bicara identitas maka kita hanya bicara
tentang karakteristik tertentu dan karakteristik itu merupakan penunjuk untuk
mengenal kelompok lain sehingga memudahkan kita berkomunikasi dengan mereka.
Sebaliknya, jika kita bicara tentang pola budaya maka yang kita tekankan adalah
bagaimana sebuah identitas itu terbentuk dari pandangan dan gagasan tertentu
yang pada giliranya membimbing mereka. Sehingga identitas itu bersifat statis,
dan pola budaya merupakan sesuatu yang hidup.
Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku bangsa, memiliki warisan budaya
yang sangat kaya. Berbagai macam tradisi dan adat-istiadat yang dimiliki
Indonesia seperti menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Indonesia
menjadi kaya karena budayanya. Kekayaan budaya itu ditambah lagi dengan
masuknya berbagai unsur kebudayaan asing ke dalam Indonesia melalui proses
akulturasi dan asimilasi. Akulturasi adalah bergabungnya dua kebudayaan atau
lebih sehingga menciptakan suatu kebudayaan baru, tanpa menghilangkan
kepribadian dari kebudayaan asli. Sedangkan asimilasi adalah bercampurnya dua
kebudayaan atau lebih sehingga menghasilkan suatu kebudayaan baru, yang berbeda
dengan kebudayaan aslinya. Asimilasi ini biasa terjadi pada golongan minoritas
dan golongan mayoritas pada suatu tempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar