Selamat Datang di Beta pung Blog : Kekuatan Komunikasi

Selamat Datang di Beta pung Blog : KEKUATAN KOMUNIKASI

Minggu, 13 Desember 2015

Sistem Komunikasi Indonesia




Hubungan Sistem Komunikasi Indonesia 
dengan sistem Lainnya

1. Hubungan sistem Komunikasi Indonesia dengan sistem sosial

Komunikasi adalah bagian dari pola interaksi unsur-unsur dalam sistem sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas pola interaksi antarmanusia (human communication) dengan menggunakan ide atau gagasan lewat lambang atau bunyi ujaran. Ilmu komunikasi adalah bagian dari ilmu sosial. Komunikasi sangat berperan sebagai salah satu manifestasi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Melalui komunikasi manusia membangun diri dan lingkungannya. Melalui komunikasi peradaban manusia bisa maju, sebaliknya melalui komunikasi pula peradaban manusia bisa mengalami kemunduran. Melalui komunikasi manusia harkatnya bisa terangkat sekaligus bisa pula terjerumus ke dalam kenistaan melebihi binatang.

Pergaulan hidup dengan lingkungan merupakan faktor utama dalam membentuk kepribadian dan perkembangan jiwa manusia. Mengingkari masyarakat sebagai bagian dari manusia adalah sesuatu yang mengingkari hidup pula. Dengan kata lain, manusia tidak akan mengalami perkembangan fisik dan psikis yang baik jika ia mengasingkan diri dati masyrakat sekitarnya. Ketidakmampuan manusia berkomunikasi dengan orang lain membuat dirinya seperti ”katak dalam tempurung”. Ini disebabkan seluruh hidup manusia tidak akan terlepas dari komunikasi.

Dalam hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam melakukan perubahan sosial (sosial change) komunikasi berperan menjembatani perbedaan dalam masyarakat karena mampu merekatkan kembali sistem sosial masyarakat dalam usahanya melakukan perubahan. Namun begitu, komunikasi juga tak akan lepas dari konteks sosialnya. Artinya, ia akan diwarnai oleh sikap, perilaku, pola, norma dan pranata masyarakatnya. Jadi keduanya saling mempengaruhi dan saling melengkapi, seperti halnya hubungan antara manusia dengan masyarakat. Di sisi lain, ilmu komunikasi dianggap telah menyediakan konsep-konsep baku yang dapat digunakan secara operasional untuk mencapai tujuan-tujuan interaksi sosial maupun profesi komunikasi.

Dengan demikian pula, membahas SKI tak ubahnya membahas berbagai fenomena, kegiatan, proses yang berkaitan erat dengan unsur-unsur komunikasi di Indonesia. Seperti kita ketahui, secara ringkas komunikasi mempunyai beberapa unsur, yakni sumber (source), pengirim pesan (communicator), media (channel), penerima pesan (communicant), dan efek (effect). Sebagai salah satu bagian dari ilmu sosial, maka ilmu komunikasi sasarannya adalah pernyataan pesan dan teknik penyampaian pesan yang disampaikan manusia. Sebab, sebagai makhluk yang paling sempurna manusia dikaruniai akal pikiran. Maka SKI adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Sistem komunikasi Indonesia membahas pola komunikasi yang secara idealistik dan normatif ada di Indonesia. SKI di pelajari karena adanya perkembangan teknologi di Indonesia, multietnis di Indonesia, serta adanya cultural lag di Indonesia akibat perkembangan teknologi. Oleh karena itu, sejatinya sistem komunikasi sudah sangat berpengaruh terhadap sistem sosial yang ada terutama sistem sosial di Indonesia. Hal tersebut didasari oleh adanya beberapa fungsi komunikasi yang secara garis besar menunjukan bahwa komunikasi sangat berhubungan dengan proses sosial di masyarakat, diantaranya:

1.      Komunikasi menghubungkan antara berbagai komponen masyarakat. Komponen        disini tidak hanya individu dan masyarakat, tetapi juga antara berbagai bentuk lembaga sosial.

2.      Komunikasi membuka peradaban baru manusia.

3.      Komunikasi adalah manifestasi kontrol sosial dalam masyarakat.

4.      Komunikasi berperan dalam sosialisasi nilai ke masyarakat.

5.      Komunikasi menunjukan identitas sosial seseorang.

Sistem sosial tidak jauh dari manusia dan masyarakat yang di dalamnya tidak lepas dari proses komunikasi. Dalam hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam melakukan perubahan sosial. Komunikasi berperan menjembatani perbedaan dalam masyarakat karena mampu mengaitkan kembali sistem sosial masyarakat dalam usahanya melakukan perubahan.

Sistem sosial adalah sebuah bangunan sistem yang besar yang didalamnya mempunyai beberapa subsistem, termasuk sistem komunikasi itu sendiri. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa sistem komunikasi Indonesia menjadi subsistem dari sistem sosial Indonesia. Hal tersebut dapat diartikan bahwa corak sistem komunikasi dalam masyarakat Indonesia akan sangat ditentukan oleh corak, bentuk, dan keragaman masyarakat Indonesia itu sendiri. Misalnya,dalam sistem sosial dikenal budaya sungkan, maka sistem komunikasi juga akan mencerminkan budaya seperti itu. Contohnya, ketika proses komunikasi berlangsung, ada perasaan tidak enak untuk mengkritik atasannya sendiri. Ini artinya, proses komunikasi sangat dipengaruhi oleh lingkup sosial yang mempengaruhi seseorang. Kesimpulannya, sistem komunikasi Indonesia yang merupakan salah satu bagian dari bentuk komunikasi yang memang pada hakekatnya adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas pola interaksi antarmanusia sangat berhubungan erat dengan sistem sosial yang ada khususnya di Indonesia.

       2. Hubungan Sistem Komunikasi Indonesia dengan Sistem Budaya

Martin dan Nakayama (2004:97-99) mengulas bagaimana komunikasi mempengaruhi budaya. Dijelaskan, bahwa budaya tidak akan bisa terbentuk tanpa komunikasi. Pola-pola komunikasi yang tentunya sesuai dengan latar belakang dan nilai-nilai budaya akan menggambarkan identitas budaya seseorang.

Contoh yang paling sederhana, Wilibrodus, seorang mahasiswa yang berasal dari Manggarai berbicang-bincang dengan Andre dari suku Rote. Dialek yang terdengar baik dari Wilibrodus maupun Andre tersebut setidaknya mencerminkan identitas budaya masing-masing. Dari dialek Manggarai yang disampaikan Wilibrodus setidaknya memberi gambaran bahwa ia adalah seorang anggota dari komunitas budaya Manggarai. Begitu pun dengan Andre.

Jadi jelaslah bahwa perilaku-perilaku komunikasi yang sudah terbangun dan terpola sedemikian rupa sehingga melahirkan suatu kharakteristik yang khas akan membentuk suatu kebiasaan/budaya komunikasi bagi suatu komunitas budaya tertentu. Singkatnya, aktivitas komunikasi dari seorang anggota budaya dapat merepresentasikan kepercayaan, nilai, sikap dan bahkan pandangan dunia dari budayanya itu. Selain itu, melalui komunikasi dapat pula memperkuat nilai-nilai dasar dan esensial suatu budaya.



Peranan Budaya Dalam Sistem Komunikasi Indonesia

Sistem Komunikasi Indonesia sangat erat kaitannya dengan Sistem Sosial Budaya Indonesia yang merupakan cerminan kehidupan masyarakat Indonesia dalam keseharian mereka. Banyak fenomena komunikasi di Indonesia yang setelah ditelusuri, selalu saja ada keterkaitan terhadap latar belakang budaya. Manusia sebagai pelaku budaya memiliki realitas psikis yang dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaannya yang tercermin dari ekspresi sikap dan tingkah lakunya. Suatu kebudayaan baik dalam bentuk material maupun nilai dimiliki oleh suatu komunitas sosial tertentu yang memberikan ciri identitas kepadanya, sehingga individu yang berada dalam komunitas sosial tersebut memiliki identitas yang seragam walaupun mungkin intensitasnya berbeda-beda. Keadaan inilah yang pada gilirannya akan dapat menciptakan hubungan yang harmonis dan timbullah keserasian bahkan dapat pula menciptakan stabilitas.

Perbedaan latar belakang kultur memang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda terhadap suatu objek yang ditafsirkan. Dalam proses komunikasi; objek yang menghubungkan pihak yang berkomunikasi adalah pesan. Penafsiran terhadap pesan dapat berbeda-beda. Oleh sebab itu diperlukan suatu pola tertentu agar dapat membentuk suatu gambaran yang sama terhadap suatu objek. Realitas sosial yang mempunyai sistem dan tata nilai yang jelas merupakan salah satu tujuan kegiatan komunikasi sesuai dengan pandangan hidup yang mendasari filsafat suatu bangsa. Hal ini baru akan terjadi bila proses komunikasi yang terjadi memenuhi beberapa unsur untuk sampai kepada realitas sosial tertentu.
Perkembangan dunia industri dan teknologi komunikasi dewasa ini, khususnya dalam kajian komunikasi massa memiliki implikasi khusus dalam menciptakan masyarakat yang well informed (peka informasi). Bahkan dengan munculnya media-media baru, banyak budaya luar yang masuk ke Indonesia tanpa mengalami filterasi terlebih dahulu. Misalnya saja fenomena perwajahan media cetak Indonesia yang semakin hari semakin bebas berekspresi dengan tak luput dari sentuhan-sentuhan sensualitas bahkan secara ekstrim mungkin telah mengarah pada pornografi. Hal ini tentu saja bertentangan dengan latar belakang budaya dan agama, khususnya budaya yang di dalamnya mengandung nilai-nilai agama Islam, seperti adat Aceh, Jawa, Minang, Melayu, dan lain-lain. Dalam adat Jawa mungkin ada pakaian kemben yang dalam aplikasinya menitikberatkan pada budaya sopan-santunnya/tatakrama. Sementara dalam soal berbusana, saya menganut paham Islam yakni agama saya, yang mewajibkan kaum perempuan untuk berpakaian sopan, bahkan menutup seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. Pers bebas di Indonesia sedikit banyak berpotensi untuk menggeser norma-norma ketimuran Indonesia yang identik dengan sopan-santun budaya Jawa. Oleh karena itu, fenomena keterlibatan media massa di Indonesia perlu ditelaah dan diputuskan solusinya agar tidak melanggar norma-norma agama dan budaya bangsa yang telah  tercantum  di dalam Pancasila yang  akan menjadi prasyarat demi  terbentuknya  Sistem Komunikasi Indonesia yang baik.

Selain itu, mengutip dari tulisan seorang Staf pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi 'Pembangunan' Medan dan Program Pascasarjana IAIN-SU Bidang Studi Komunikasi Islam, H. Kosky Zakaria dalam WASPADA Online Rabu, 19 September 2007 01:00 WIB. Ia mengatakan, budaya juga dapat mempengaruhi komunikasi dan bahasa karena penggunaannya yang berbeda pada masing-masing suku. Para pakar komunikasi terutama dalam hal komunikasi antarmanusia selalu melihat budaya sebagai titik tolak bagi orang-orang atau individu saat melakukan komunikasi sesama manusia yang memiliki latarbelakang budaya yang berbeda. Penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi juga kuat dipengaruhi oleh budaya masing-masing individu yang terlibat baik sebagai komunikator maupun komunikan. Para ahli komunikasi dalam hal penggunaan bahasa berkata bahwa 'bahasa bisa memenjarakan kita, namun bahasa juga bisa membebaskan kita.' Bahasa merupakan atau dapat dianggap alat interaksi dalam kehidupan kita. Bahasa memberi kerangka yang akan memberikan  harapan-harapan  kepada kita  dan dengan demikian menimbulkan persepsi bagipara individu yang terlibat dalam komunikasi itu sendiri.



Sementara itu, bahasa dan komunikasi lisan bisa menciptakan kesalahpahaman atau salah mengerti, salah tanggap, namun bahasa lisan ini pun ada baiknya pula, yaitu dapat mengklarifikasi kesalahpahaman yang terjadi. Kita maklum bahwa setiap bahasa bisa dikatakan sebagai merefleksikan sistem yang menurut kita logis dan masuk akal. Bahasa sebagai suatu sistem simbol atau lambang bisa berubah kalau berkaitan dengan ide, perasaan, pengalaman, peristiwa dan fenomena lainnya dan dipengaruhi oleh aturan-aturan yang berlapis-lapis yang dikembangkan oleh masyarakat tertentu. Sebagaimana dinyatakan oleh ahli bahasa, bahwa bahasa manusia ini disusun atau ditata berdasarkan pada sekumpulan aturan yang disepakati, seperti fonologi (berkaitan dengan bunyi), morfologi (berkaitan dengan bentuk kata), sintaksis (berkaitan dengan penyusunan kata-kata menjadi suatu kalimat), kemudian semantik (berkenaan dengan arti kata), serta terakhir apa yang dinamakan pragmatis (memandang sesuatu menurut kegunaannya).

Kesimpulannya, sebagaimana dinyatakan oleh para ahli komunikasi yang menyatakan bahwa suatu komunikasi bisa berjalan dengan baik dan sempurna, masing-masing pihak seyogjanya berada dalam suasana saling memahami dan mengerti apa yang dikomunikasikan. Komunikator dan komunikan, kata pakar komunikasi, berada pada sikap yang saling menghargai karena masing-masing pihak memahami pula latarbelakang budaya masing-masing peserta komunikasi. Oleh karena itu, sistem komunikasi haruslah memperhatikan keberadaan budaya sebagai tatanan kehidupan bangsa agar tidak terjadi kesalahpahaman di dalam berkomunikasi lintas budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar