Definisi dan Proses Persepsi
Persepsi
adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan
mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain Persepsi
adalah proses kognisi dalam memberi makna terhadap setiap rangsangan yang muncul dari
lingkungan sekitar. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak
akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang
menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi
derajat kesamaan persepsi individu,semakin mudah dan semakin sering mereka
berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok
budaya atau kelompok identitas.
Proses Persepsi
meliputi :
· Sensasi adalah proses indrawi (alat-alat indra) menangkap rangsangan (stimulus) yang muncul di sekitar kita. Stimulus yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indra itu mempunyai
andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia.penglihatan menyampaikan pesan
nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Pendengaran juga menyampaikan pesan
verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan pengecapan, terkadang
memainkan peranan penting dalam komunikasi, seperti bau parfum yang menyengat,
jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam dipantai.
· Atensi atau
perhatian adalah aktifitas pemrosesan informasi secara sadar
terhadap setiap rangsangan yang
tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan dan, proses kognitif
lainnya.Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang
terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsangan
tertentu. Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar.
· Interpretasi
adalah proses penafsiran atau
pemberian makna terhadap setiap informasi komunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal.
Budaya dan
Persepsi
Faktor –
faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi bukan saja mempengaruhi atensi
sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita
secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi,
tingkat ekonomi, pekerjaan, dan cita rasa sebagai faktor – faktor internal
jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap realitas. Denagn demikian
persepsi itu terkait oleh budaya ( culture - bound ). Kelompok – kelompok
budaya boleh jadi berbeda dalam mempersepsikan sesuatu. Orang Jepang
berpandangan bahwa kegemaran berbicara adalah kedangkalan, sedangkan orang
Amerika berpandangan bahwa mengutarakan pendapat secara terbuka adalah hal yang
baik.
Larry A.
Samovar dan Richard E. Porter mengemukakan 6 unsur budaya yang secara
langsung mempegaruhi persepsi kita ketika kita berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain, yakni :
1. Kepercayaan
(beliefs), nilai ( values ), sikap ( attitude )
2. Pandangan
dunia ( world view )
3. Organisasi
sosial ( sozial organization )
4. Tabiat
manusia ( human nature )
5. Orientasi
kegiatan ( activity orientation )
6. Persepsi
tentang diri dan orang lain ( perseption of self and other )
Persepsi
selektif, organisasi, dan penafsiran
Setiap orang
memperhatikan , mengorganisasikan dan menafsirkan semua pengalamannya secara
selektif. Stimuli secara secara selektif artinya, stimuli di urutkan, dan
selanjutnya, disajikan sebuah gambaran yang menyeluruh, lengkap, dan dapat di
indera. Tidak mudah memahami cara orang lain mengorganisasikan sekaligus
memikirkan cara kita sendiri. Setelah stimuli dipersepsi dan diorganisasikan
secara selektif, selanjutnya stimuli ditafsirkan secara selektif pula, artinya
stimuli diberi makna secara unik oleh orang yang menerimanya.
Pengamat /
objek / konteks
Seperti
mempersepsi benda, mempersepsi
orang lain juga dapat ditinjau dari 3 unsur yaitu :
- Pengamat
- Objek persepsi
- Konteks yang berkaitan dengan objek yang diamati
Sebagai
pengamat anda juga dipengaruhi oleh atribu –atribut anda sendiri. Misalnya
orang cenderung membuat penilaian umum, positif ataupun negatif. Namun, karena
persepsi personal merupakan proses tradisional, maka atribut – atribut tersebut
dapat berubah. Sesekali kesalahan persepsi dapat diperbaiki. Namun, biasanya
suatu kesalahan persepsi diikuti kesalahan persepsi lainnya. Sehingga,
penyimpangan yang terjadi semakin parah.
Kegagalan dan
kekeliruan dalam persepsi
Persepsi kita
seringkali tidak cermat. Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan
kita. Kita mempersepsikan sesuatu atau seseorang sesuai dengan pengharapan
kita. Beberpa bentuk dan kegagalan persepsi adalah sebagai berikut :
- Kesalahan atribusi : atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain.
- Efek halo : merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat- sifatnya yang spesifik.
- Stereotip : mengeneralisasikan orang – orang berdasarkan kategori-kategori tertentu dan tanpa dasar yang jelas (sedikit informasi) dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok.
- Prasangka (prejudice): pemikiran seseorang dimana ia menilai dan menyimpulkan perilaku atau identitas seseorang atau kelompok terlalu dini berdasarkan adanya peristiwa. Prasangka mirip dengan stereotipe tetapi bersifat lebih negatif, dimana pemikiran tersebut berbau kemarahan, kekhawatiran dan ketakutan.
- Gegar budaya : suatu bentuk ketidak mampuan menyesuaikan diri, yang merupakan reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru.
Bagaimanakah
sebuah pembentukan kesan ?
- Memperhatikan diri sendiri
- Konsep diri adalah kesan anda yang relatif stabil menegenai diri sendiri.
- Umpan balik adalah sikap yang menunjukan sikap respon atau menanggapi lawan main
- Rasa malu
- Ramalan yang dipenuhi diri sendiri
- Atribusi pelaku
Kebanyakan
orang membentuk kesan atas oranglain dengan mudah, namun mereka merasa sulit
bila diminta menjelaskan prosesnya. Kesan adalah kata yang kita gunakan untuk
penilaian kita.
Kesan
Pertama
Penilaian
kepribadian digunakan untuk menjelaskan dan memperkirakan perilaku berdasarkan
informasi yang amat terbatas. Bagaimanakah informasi yang ada dimanfaatkan
dalam pembentukan kesan pertama?. Sebenarnya, setiap orang tampaknya mempunyai
teori khusus kepribadian atau biasa disebut degan teori implisit. Pada intinya
istilah ini berarti bagaimana
kita memilih dan mengorganisasikan informasi tentang orang lain
berdasarkan perilaku yang kita rasa dimilikinya.
Beberapa
variable yang mempengaruhi kecermatan persepsi
Ada beberapa
variable yang dapat mempengaruhi kecermatan dalam persepsi . Berbagai kajian
menunjukan sedikitnya tiga generalisasi yang dapat dibuat :
- Ada orang – orang yang lebih mudah menilai dari orang –orang lainnya, mungkin mereka lebih terbuka mengenai diri sendiri
- Beberapa sifat lebih mudah diniai daripada beberapa sifat lainnya
- Kita dapat menilai orang lebih baik bila orang tersebut mirip dengan kita.
Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli).
Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari
persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya
melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Anda
melihat kawan Anda sedang melihat-lihat etalase toko. Anda menyergapnya dari
belakang, “Bangsat, lu. Udah lupa sama aku, ya!” Orang itu membalik. Anda
terkejut. la bukan kawan Anda, tetapi orang yang tidak pernah Anda kenal seumur
hidup Anda. Ini bukan kesalahan sensasi. Ini kekeliruan persepsi. Bila dosen
mengucapkan “Bagus”, tetapi Anda mendengar “Agus”, Anda keliru sensasi. Tetapi
bila saya mengucapkan “Anda cerdas sekali”, lalu Anda menerima pujian saya
dengan berang, karena Anda kira saya mempermainkan Anda, Anda salah mempersepsi
pesan saya. Persepsi,
seperti juga sensasi, ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional.
David Krech dan Richard S. Crutchfield, menyebutnya : faktor fungsional dan
faktor structural. dari faktor-faktor internal dalam diri kita. inilah
beberapa contoh faktor yang mempengaruhi perhatian kita.
Faktor-faktor Biologis. Dalam
keadaan lapar, seluruh pikiran di dominasi oleh makanan. Karena itu, bagi orang
lapar, yang paling menarik perhatiannya adalah makanan. Yang kenyang akan
menaruh perhatian pada hal-hal yang lain. Anak muda yang baru saja menonton
film porno, akan cepat melihat stimuli seksual di sekitarnya.
Faktor-faktor Sosiopsikologis. Berikan
sebuah foto yang menggambarkan kerumunan orang banyak di sebuah jalan sempit.
Tanyakan apa yang mereka lihat. Setiap orang akan melaporkan hal yang berbeda.
Tetapi seorang pun tidak akan dapat melaporkan berapa orang terdapat pada
gambar itu, kecuali kalau sebelum melihat foto mereka memperoleh pertanyaan
itu. Bila kita ditugaskan untuk meneliti berapa orang mahasiswa berada di
kelas, kita tidak akan dapat menjawab berapa orang di antara mereka yang
berbaju merah.
Motif
sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan kemauan, mempengaruhi apa yang kita
perhatikan. Dalam perjalanan naik gunung, geolog akan memperhatikan batuan;
ahli botani pada bunga-bungaan, ahli zoologi pada binatang, seniman pada warna
dan bentuk; orang yang bercinta. Menurut sebuah anekdot, bila Anda ingin
rnengetahui dari suku mana kawan Anda berasal, bawalah mereka berjalan-jalan.
Tanyakan berapa perempatan yang telah dilewati. Yang dapat menjawab pertanyaan
ini pastilah orang Padang (umumnya mereka pedagang kakilima). Tanyakan berapa
pagar tanaman hidup yang telah dilihatnya. Yang dapat menjawab pasti orang
Sunda (karena mereka menyenangi sayur-sayuran) Tanyakan berapa kuburan keramat
yang ada. Hanya orang Jawa yang bisa menjawab (Mengapa?). Tentu saja, anekdot
bukanlah proposisi ilmiah. Tetapi anekdot ini menggambarkan bagaimana latar
belakang kebudayaan, pengalaman, dan pendidikan menentukan apa yang kita
perhatikan.
Kenneth E. Andersen menyimpulkan teori tentang perhatian selektif
yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi.
1) Perhatian
itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasi dan refleksif. Kita
secara sengaja mencari stimuli tertentu dan mengarahkan perhatian kepadanya.
Sekali-sekali, kita mengalihkan perhi tian dari stimuli yang.satu dan
memindahkannya pada stimuli yang lain.
2) Kita
cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau
melibatkan diri kita.
3) Kita
menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikap,
nilai, kebiasaan, dan kepentingan kita. Kita cenderung memperkokoh kepercayaan,
sikap, nilai, dan kepentingan yang ada dalam mengarahkan perhatian kita, baik
sebagai komunikator atau komunikate.
4) Kebiasaan
sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa
yang secara potensial akan menarik perhatian kita. Kita cenderung berinteraksi
dengan kawan-kawan tertentu, membaca majalah tertentu, dan menonton acara TV
tertentu. Hal-hal seperti ini akan menentukan rentangan hal-hal yang
memungkinkan kita untuk menaruh perhatian.
5) Dalam
situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk
menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan. Walaupun
perhatian kepada stimuli berarti stimuli tersebut lebih kuat dan lebih hidup
dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepsi kita akan betul-betui
cermat. Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita.
6) Perhatian
tergantung kepada kesiapan mental kita; kita cenderung mempersepsi apa yang
memang ingin kita persepsi. Tenaga-tenaga motivasional sangat
penting dalam menentukan perhatian dan persepsi. Tidak jarang efek motivasi
ini menimbulkan distraksi atau distorsi (meloloskan apa yang patut
diperhatikan, atau melihat apa yang sebenarnya tidak ada). Intensitas perhatian
tidak konstan.
7) Dalam hat
stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan. Kita mungkin
memfokuskan perhalian kepada objek sebagai keseluruhan, kemudian pada
aspek-aspek objek itu, dan kembali lagi kepada objek secara keseluruhan.
Usaha untuk
mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering
menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian terhadap stimuli mungkin akan berhenti.
9) Kita mampu
menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak. Makin besar keragaman
stimuli yang mendapat perhatian, makin kurang tajam persepsi kita pada stimuli
tertentu.
10) Perubahan
atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian. Faktor
fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang
termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faklor personal.
Jadi,
kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli ditanggapi sebagai bagian
dari struktur yang sama. Sering terjadi hal-hal yang berdekatan juga dianggap
berkaitan atau mempunyai hubungan sebab dan akibat. Bila setelah terjadi
kematian seorang tokoh, turun hujan lebat, kita cenderung menganggap hujan
lebat diakibatkan oleh matinya sang tokoh. Bila pada saat terjadi kesulitan
ekonomi anda memegang pemerintahan, orang akan mengaitkan kegagalan ekonomi itu
pada kebijaksanaan Anda. Bila setelah saya menjadi pimpinan bantuan datang,
orang akan menghubungkan bantuan itu pada pengangkatan saya menjadi pimpinan.
sangat bermanfaat tapi kurang daftar pustkanya :)
BalasHapus