HUBUNGAN INTERPERSONAL
Manusia adalah makhluk sosial. Hal
ini mengandung arti bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri, dan selalu menjalin
hubungan dengan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa hubungan dengan orang lain
merupakan aspek yang berarti dan sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap
orang memiliki kebutuhan untuk terikat yang bertahan sepanjang waktu dan umum
dilakukan, misalnya berkenalan atau bersemangat untuk membuat hubungan batu,
namun tidak suka untuk merusaknya. Dengan menjalin hubungan dengan orang lain,
kita mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk
intraksi dan berusaha mempertahankan interaksi tersebut. Ketika kita mencoba
untuk berinteraksi dengan orang lain
maka kita melakukan Hubungan Interpersonal.
Hubungan interpersonal merupakan
hubungan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling bergantung ama lain
dan menggunakan pola interaksi yang konsisten (Pearson,1983). Tentu saja, hubungan tersebut akan memberikan
pengaruh terhadap satu dengan lainnya atau dapat dikatakan juga sebagai
hubungan yang bersifat timbal balik. Komunikasi yang efektif ditandai dengan
hubungan interpersonal yang baik. Ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar
menyampaikan isi pesan, tetapi kita juga menentukan Kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Jadi hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi,
kita
bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga
menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content
melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita
dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang
untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentant orang lain dan
persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara
komunikan.
A.
Teori Mengenai Hubungan Interpersonal
Ada
beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal,
yaitu:
- Model Pertukaran Sosial
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain
karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka
dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut:
“Asumsi
dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya
selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau
dari segi ganjaran dan biaya”.
Ganjaran
yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh
seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial,
atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu
dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan
kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek-efek tidak menyenangkan.
- Model Peranan
Model
peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan
peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan
interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan
peranannya.
- Model Interaksional
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem
memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua system terdiri dari
subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu
kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara
dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari system terganggu, segera
akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari
tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.
I. Jenis
Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal dapat
diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor berikut:
1. Berdasarkan jumlah
individu yang terlibat:
- Hubungan dyad
Merupakan hubungan antar dua individual.
Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot
mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad:
- Setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus
- Individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain.
- Pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain.
- Hubungan Triad
Merupakan hubungan antara tiga orang. Dibandingkan hubungan diad, hubungan triad:
Merupakan hubungan antara tiga orang. Dibandingkan hubungan diad, hubungan triad:
- Lebih kompleks
- Tingkat keintiman/kedekatan anatarindividu lebih rendah, dan
- Keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi)
2. Berdasarkan tujuan
yang ingin dicapai:
- Hubungan Tugas
Merupakan sebuah hubungan yang
terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh
individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan
mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain.
- Hubungan Sosial
Hubungan yang tidak terbentuk dengan
tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk baik secara personal
dan sosial (social relationship). Sebagai contoh adalah hubungan dua
sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
3. Berdasarkan Jangka
waktu:
- Hubungan jangka pendek
Merupakan hubungan yang sementara
sifatnya, hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang
saling menyapa kentia bertemu di jalan.
- Hubungan Jangka Panjang
Hubungan ini berlangsung dalam waktu
yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam
didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan
sebagainya) Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar
usaha kita untuk mempertahankannya.
4. Berdasarkan tingkat kedalaman
atau keintiman;
§ Hubungan Biasa
Meruapakan hubungan yang sama sekali
tidak dalam atau intim. Pola-pola komunikasi yang berkembang sifatnya
impersonal atau ritual.
§ Hubungan akrab/intim
Bersifat personal dan terbebas dari
hal-hal yang ritual. Hubungan ini ditandai dengan penyingkapan diri
(self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan
terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.
Hubungan intim terkait dengan jangka
waktu: keintiman akan tumbuh pada jangka panjang. Karena itu hubungan intim
akan cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan individu di
dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak.
II. Perkembangan
Hubungan Interpersonal
Apapun bentuk hubungan yang terjadi,
dinamika sebuah hubungan interpersonal akan tumbuh, berkembang dan berakhir.
Menurut Ruben, taha -tahap hubungan interpersonal akan meliputi;
1. Inisiasi, merupakan tahap
paling awal dari suatu hubungan interpersonal. Pada tahap ini individu
memperoleh data mengenai masing-masing melalui petunjuk nonverbal seperti
senyuman, jabatan tangan, pandangan sekilas, dan gerakan tubuh tertentu.
2. Eksplorasi. Tahap ini
merupakan pengembangan dari tahap inisiasi dan terjdai tidak lama sesudah
inisiasi. Disini mulai dijajaki potensi yang ada dari setiap individu
serta dipelajari kemungkinan-kemungkinan yang ada dari suatu hubungan.
3. Intensifikasi. Pada tahap
ini, individu harus memutuskan—baik secara verbal maupun nonverbal–
apakah hubungan akan dilanjutkan atau tidak.
4. Formalisasi. Dalam
perkembangannnya hubungan yang telah berjalan itu perlu diformalkan. Pada tahap
ini tiap-tiap individu secar bersama mengembangkan simbol-simbol, pola-pola
komunikasi yang disukai, kebiasaan dan lain sebagainnya. Contoh hubungan due
orang berpacaran diformalkan dengan tukar cincin. Hubungan jual beli
diformalkan dengan penandatanganan akta jual beli dan sebagainya.
5. Redefinisi. Sejalan
dengan waktu individu tidak dapat menghindarkan diri dari perubahan. Perubahan
ini mampu menciptakan tekanan terhadap hubungan yang tengah berlangsung.
Konsekuensinya adalah individu perlu mendefinisikan kembali hubungan yang
sedang dijalankan.
6. Deteriorasi. Kemunduran
atau melemahnya suatu hubungan kadang tidak disadari oleh mereka yang terlibat
dalam hubungan tersebut. Jika kemunduran yang terjadi itu tidak segera
diantisipasi maka bukan tidak mungkin hubungan yang terbentuk itu akan
mengalami kehancuram.
Satu hal yang perlu diingat adalah
tidak semua hubungan yang terbentuk harus melewati keenam tahapan diatas. Atau
bisa saja satu hubungan melewati keenamnya sementara hubungan yang lain hanya
melewati tiga dari enam tahapan tersebut.
Mark
Knapp
mengemukakan pendapatnya tentang tahapan perkembangan sebuah hubungan
interpersonal:
1. Inisiasi:tahap awal yang dicirikan
dengan sedikit pembicaraan
2. Eksperimen:suatu tahap dimana para
individumulai mencari informasi lebih banyak tentang individu lain.
3. Intensifikasi: sama dengan yang
dikemukakan Ruben
4. Integrasi: tahap yang menumbuhkan
perasaan bersama; individu merasa sebagai satu kesatuan, bukan lagi individu
yang berbeda
5. Pertalian atau ikatan:suatu tahap
dimana individu secara formal meneguhkan hubungan mereka.
III. Tahap Hubungan
Interpersonal
Adapun
tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
- Pembentukan
Tahap
ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah
menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak
yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini
informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut
Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada
tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang
orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku
pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.
- Peneguhan Hubungan
Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara
dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan
tindakan-tindakan
tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam
memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b)
kontrol; c) respon yang tepat; dan d) nada emosional
yang tepat.
Keakraban
merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan
terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang
diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol
siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum
mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang
menentukan, dan siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila
masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah.
Faktor
ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang
sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan
jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan.
Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga
pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main,
ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang
menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami keretakan.
Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat.
Faktor
terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana
emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi
interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi
interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan
mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.
- Pemutusan Hubungan
Menurut
R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima
sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
- Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
- Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
- Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
- Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
- Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
Sementara itu Jalaluddin Rakhmat,
meringkas perkembangan hubungan interpersonal itu menjadi tiga tahap saja:
1. Pembentukan hubungan.
Tahap ini sering disebut sebagai
tahap perkenalan (acquintance process). Fokus pada tahap ini adalah
proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam pembentukan hubungan. Informasi
yang diperoleh tidak selalu melalui komunikasi verbal melainkan juga melalui
komunikasi nonverbal.
2. Peneguhan hubungan
Hubungan interpersonal tidak
bersifat statis tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh
hubungan interpersonal diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk
mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting untuk memelihara
keseimbangan, yaitu keakraban, kontrol,respons yang tepat dan nada emosional
yang tepat.
3. Pemutusan hubungan
Suatu hubungan interpersonal yang
paling harmonis sekalipun dapat mengalami pemutusan hubungan, mungkin karena
kematian, mungkin karena konflik yang tidak terselesaikan dan sebagainya.
IV. Pola-pola
Relasional
Ketika suatu hubungan terbentuk,
berkembang pula pola-pola komunikasi yang merupakan hasil dari aturan yang
diterapkan para partisipan.
Ruben menyebutkan ada empat pola
relasional:
1. Suportif dan Defensif
Sikap suportif merupakan sikap yang
mendukung komunikasi interpersonal; sebaliknya dengan sikap defensif.
Jack R. Gibb
menyebut enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif dan defensif :
Sikap
suportif
|
Sikap
Defensif
|
1.Deskripsi: Tidak melakukan
penilaian terhadap orang lain
2. Orientasi masalah: mengajak orang
lain menetapkan dan mencapai tujuan dan tidak mengarahkannya
3. Spontan: tidak melakukan strategi
atau bertaktik
4. Empati: menempatkan diri pada
posisi orang lain dengan pandangan orang lain itu
5. Persamaan: memandang orang lain
setara
6. Provisionalisme: Kesediaan
untuk selalui meninjau kembali pendapat kita, tidak dogmatis
|
1. Evaluasi: menilai perilaku orang
lai
2.Kontrol: mengontrol /
mengarahkan orang lain
3. Strategi: merencanakan teknik
atau berstrategi dalam berhubungan dengan orang lain
4. Netralitas: menjauhkan diri dari
perasaan atau perhatian orang lain
5.Superioritas: merasa lebih
berharga atau lebih tinggi dari orang lain
6.Certainty; bertindak atas
pengetahuan, keyakinan dan persepsi sendiri tanpa mau mengubahnya
|
2. Tergantung (dependen) dan tidak
tergantung (independen)
Hubungan yang beriklim dependen
dicirikan jika salah satu individu sangat tergantung pada individu lainnya,
misalnya karena dukungan, uang, pekerjaan, kepemimpinan, petunjuk dan
sebagianya. Sebaliknya dalam hubungan yang independen, seorang individu secara
bebas dapat menyatakan ketidaksepakatan, ketidaksetujuan dan penolakan pada
individu lainnya.
3. Progresif dan Regresif.
Hubungan yang progresif adalah
hubungan yang ditandai dan menimbulkan kepuasan serta harmoni. Sebaliknya
dengan regresif: hubungan tetap berkembang, namun mengarah atau menimbulkan
ketidakpuasan dan ketidakharmonisan.
4. Self-fulfilling dan
self-defeating prophecies
Pola hubungan yang dipengaruhi oleh
harapan dari pihak-pihak yang terlibat. Jika harapan kita terpenuhi dalam
hubungan tersebut maka kita akan bersikap positif terhadap hubungan tersebut,
sebaliknya jika harapan kita tidak teropenuhi maka kita akan bersikap negatif
terhadap hubungan tersebut.
V. Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
Terdapat
beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu:
- Komunikasi efektif
Komunikasi
interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan
terbangun dalam situasi komunikatif-interaktif dan menyenangkan. Efektivitas
komunikasi sangat ditentukan oleh validitas informasi yang disampaikan dan
keterlibatan dalam memformulasikan ide atau gagasan secara bersama. Bila
berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat
gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok
yang benci akan membuat tegang, resah dan tidak enak.
- Ekspresi wajah
Ekspresi
wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat menentukan penerimaan individu
atau kelompok. Senyuman yang dilontarkan akan menunjukkan ungkapan bahagia,
mata melotot sebagai kemarahan dan seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber
informasi dalam komunikasi interpersonal. Wajah merupakan alat komunikasi yang
sangat penting dalam menyampaikan makna dalam beberapa detik raut wajah akan
menentukan dan menggerakkan keputusan yang diambil. Kepekaan menangkap emosi
wajah sangat menentukan kecermatan tindakan yang akan diambil.
- Kepribadian
Kepribadian
sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin. Kepribadian
mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter dan perilaku.
Faktor kepribadian lebih mengarah pada bagaimana tanggapan dan respon yang akan
diberikan sehingga terjadi hubungan. Tindakan dan tanggapan terhadap pesan
sangat tergantung pada pola hubungan pribadi dan karakteritik atau sifat yang
dibawanya.
- Stereotyping
Stereotyping
merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai orang lain yang dinisbatkan
pada katagorisasi tertentu. Cara pandang ini kebanyakan menimbulkan prasangka
dan gesekan yang cukup kuat, terutama pada saat pihak-pihak yang berkonflik
sulit membuka jalan untuk melakukan perbaikan. Individu atau kelompok akan
merespon pengalaman dan lingkungan dengan cara memperlakukan anggota masyarakat
secara berbeda atau cenderung melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin,
cerdas, bodoh, rajin, atau malas. Penggunaan cara ini untuk menyederhanakan
begitu banyak stimuli yang diterimanya dan merupakan pengkatagorian pengalaman
untuk memperoleh informasi tambahan dengan segera.
- Kesamaan karakter personal
Manusia
selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya atau kita
cenderung menyukai orang lain, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan
kita, dan jika menyukai orang, kita ingin memilih sikap mereka yang sama.
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, norma, aturan, kebiasaan,
sikap, keyakinan, tingkat sosial ekonomi, budaya, agama, ideologis, cenderung
saling menyukai dan menerima keberadaan masing-masing.
- Daya tarik
Dalam
hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang lain terhadap diri
individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan tindakan yang khas.
Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan cenderung ditanggapi dan
dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik.
Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati,
namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun
karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan personal. Orang-orang
yang memiliki daya tarik cederung akan disikapi dan diperlakukan lebih baik,
sopan dan efektif untuk mempengaruhi pendapat orang lain.
- Ganjaran
Seseorang
lebih menyenangi orang lain yang memberi penghargaan atau ganjaran berupa
pujian, bantuan, dorongan moral. Kita akan menyukai orang yang menyukai dan
memuji kita. Interaksi sosial ibaratnya transaksi dagang, dimana seseorang akan
melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Bila pergaulan seorang
pendamping masyarakat dengan orang-orang disekitarnya sangat menyenangkan, maka
akan sangat menguntungkan ditinjau dari keberhasilan program, menguntungkan
secara ekonomis, psikologis dan sosial.
- Kompetensi
Setiap
orang memiliki kecenderungan atau tertarik kepada orang lain karena prestasi
atau kemampuan yang ditunjukkannya. Masyarakat akan cenderung menanggapi
informasi dan pesan dari orang berpengalaman, ahli dan profesional serta mampu
memberikan kontribusi secara intelektual, sikap dan mampu memberikan solusi terhadap
masalah yang dihadapi. Dalam situasi krisis, para pihak yang berkonflik
membutuhkan bantuan teknis dan bimbingan dari individu yang dipercaya dan mampu
menumbuhkan kerjasama untuk mendorong penyelesaian.
VI.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pola hubungan interpersonal
Ruben mengemukakan beberapa faktor
yang mempengaruhi terbentuknya pola-pola komunikasi interpersonal sebagai
berikut:
1. Tingkat hubungan dan konteks
Pola yang berkembang akan berbeda
pada tingkat komunikasi yang biasa dengan yang intim. Begitu juga konteks akan
menentukan pola komunikasi yang tercipta misal di mall yang ramai atau di taman
yang sepi.
2. Kebutuhan interpersonal dan gaya
komunikasi
3. Kekuasaan
4. Konflik
Sementara itu Jalaluddin Rakhmat
menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola komunikasi
dalam hubungan interpersonal:
1. Percaya (trust). Percaya menentukan
efektivitas komunikasi dan dapat meningkatkan kadar komunikasi interpersonal
yang terbentuk.
2. Sikap suportif
3. Sikap terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar